Senin, 28 Februari 2022

Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, guru minimal harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan beberapa hal di bawah ini:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

  • Implementasi Pembelajaran berdiferensisasi didalam kelas

Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic).

Guru membuat sebuah rencana pembelajaran berdiferensiasi yang didasarkan pada Kebutuhan belajar murid yang di landasi dari 3 hal, yaitu: 1. Kesiapan belajar murid, bekal pengetahuan awal yang sudah dimiliki murid sebelum pembelajaran sebuah materi dilaksanakan. 2. Minat belajar murid, kesenangan murid pada suatu bidang. Minat ini bisa secara alami dimiliki murid, bisa juga ditumbuhkan oleh guru dengan berbagai cara agar murid tertarik pada suatu bidang. Misalnya dengan menumbuhkan ide ide yang menarik, dengan bahasa dan  gaya bicara yang menarik dan sebagainya. 3. Profil belajar murid, Kemudahan murid dalam menangkap suatu materi. Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu, 1. Murid Auditori, murid yang lebih mudah menangkap suatu materi dengan media suara. Mereka lebih mudah menangkap materi apabila mendapatkan penjelasan dengan ceramah. 2. Murid visual, lebih mudah memahami materi melalui gambar dan video. 3. Murid Kinestetik, lebih mudah memahami materi sambil praktik (learning by doing).

Diferensiasi yang dilaksanakan dalam pembelajaran bisa meliputi satu atau kombinasi dari tiga bidang. 1. Diferensiasi konten, membedakan kompleksitas konten pembelajaran tiap individu murid di kelas sesuai kebutuhan belajar. 2. Diferensiasi proses, membedakan proses pembelajaran yang dilalui dalam pembelajaran tiap individu murid di kelas sesuai kebutuhan belajar. 3. Diferensiasi produk, membedakan produk (luaran) hasil pembelajaran tiap individu murid di kelas sesuai kebutuhan belajar.

  • Optimalisasi hasil belajar siswa dengan strategi 

Apabila pembelajaran dengan berbagai strategi diferensiasi ini dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan akan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan kemampuan dan bakat murid. Pada akhir tema dilaksanakan tes sumatif yang akan mengukur capaian belajar murid. Disini di buat sebuah set soal yang sama. Hasil tes tersebut akan menunjukkan nilai optomal dari masing masing murid. Mulai dari yang hanya mendapat setara kkm, ada juga yang bisa mendapat nilai maksimal sebuah tes.

  • Kesimpulan

Setelah mempelajari filosofi pendidikan KHD hingga implementasi Budaya Positif di sekolah, kita harus mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan syarat dan prasyarat yang mendukung. Menciptakan lingkungan belajar yang positif, yang mengundang murid untuk belajar, melaksanakan pembelajaran ynag berpihak pada murid sesuai filosofi KHD, menciptakan suasana aman dan nyaman untuk belajar, saling menghargai dan menyayangi antar semua warga kelas dan sebagainya. Hasil optimal yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah dicapai apabila semua hal di atas bisa terpenuhi dan dilaksanakan.

Zuana NH 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PGP 4-Kabupaten Nganjuk-Zuana Nurul Huda-3.3.Aksi Nyata

3.3.a.10 Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Program Digitalisasi Karya Siswa (DISKA) 1. Latar Belakang Dalam menuntu...